Friday 31 August 2012

Penantian yang panjang part II: Cemoro Lawang - Penanjakan - Pasir Berbisik


negeri awan, cemoro lawang!

Dalam kegelapan dan kedinginan , kami berjalan dan terus berjalan hingga pendakian. Diatas penanjakan sana, sudah banyak mang2 yang jualan dan kami pun mampir sebentar sekedar menghangatkan badan dengan menyeruput teh anget ato duduk depan perapian. Sebenarnya tempat tujuan kami tidak jauh dari situ, hanya tinggal menaiki tangga seribu dan berjalan nanjak sedikit saja.

menuju penanjakan yihaaa!
Langit masih malu2 untuk menampakan keindahan birunya. Matahari sudah mulai muncul tetapi kabut-kabut putih sekitar penanjakan masih senang menghalau sinarnya. Gunung sejuta umatpun masih belum terlihat sekalipun waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Hingga pukul 8, kami pun menyerah, kabut masih banyak dan mulai bertambah disertai dengan adanya rintik2 hujan. Kabut makin galau. Yah mungkin kami memang diharuskan untuk kembali waktu itu, dan kembali lagi kesana di lain waktu. HARUS!
teutep enjoy walopun kagak nemu kehangatan di penanjakan :)
Dalam perjalanan kembali ke penginapan, si Imam berjalan dan mengobrol dengan bule *entah bule asalnya dari mana itu, sementara yg lainnya termasuk saya sudah berjalan jauh didepan mereka dan mereka ngobrol hingga berjalan mendahului kami*. Si bule bawa carrier gede, lengkap dengan perlengkapan lainnya *ada tenda juga kayaknya*. Amazingly, bule itu wanita dan she is a solo traveler, wow. Sepergian dari si bule, imam pun ngasih tau ke kami, kalau si bule setelah dari bromo dia masih berkeliling Indonesia *entah kemana, lupa* dan pekerjaannya just take some photos then share them in internet, she is a photographer and works for national geographic. Lagi2 wow, another my dream *mengkhayal mode on* haha. Entah kenapa makin termotivasi sejak itu, termotivasi untuk terus travelling dan motret keindahan di Indonesia. Secara dia wanita looh dan sendirian haha.

Oke skip, lanjut ke catper-nya.

Sampai dipenginapan kami beres2, bersiap2 untuk mengangkat ransel kembali menuju destinasi selanjutnya, pulau sempu. Setelah semuanya berunding dan setuju kenyataan bahwa kami akan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ke Jemplang menyusuri pasir berbisik dan bukit teletabis. Jemplang sendiri itu merupakan sebuah daerah perbatasan antara gunung semeru dan bromo. Kami memilih jalan kaki dengan alasan: naik mobil jeep mahal, bisa sampai 100rb per orang; kata salah satu warga cemoro lawang sekitar penginapan, perjalanan cemoro lawang-jemplang bisa ditempuh dengan 2jam-an dan jaraknya lumayan; kemudian karena free. Maka kami bergegas angkat kaki dari perkampungan cemoro lawang dan dari sini awal keresahan kami.

penduduk lokal!
Awalnya kami menikmati jalan jalan dengan kaki kami saat itu, bagaimana tidak, hanya hamparan pasir dan debu yang terlihat dan seringkali angin berhembus membawa partikel2 pasir mengenai kami, beruntung ada yang membawa kacamata atau slayer. Jalan masih datar. Gunung bromo dkk kami lewati begitu saja, tidak cukup waktu untuk mampir walaupun hanya untuk mengukir nama di tanah bromo sana. POKOKNYA HARUS KE BROMO LAGI!
dari pasir, rumput, hingga bukit. jemplang!
Kemudian beberapa mulai terasa resah, karena sudah 2jam lebih kami berjalan, tujuan kami belum terlihat walaupun hamparan bukit hijau yang mempesona yang mulai terlihat. Harapan kami, itulah tujuan kami, tetapi bukan. Beberapa warga dari cemoro lawang melewati kami begitu saja, laju jalan mereka. Pantas saja, 2 jam-an bisa dijajal. Penduduk lokal memang guide terbaik, tapi jangan samakan kemampuan kita dengan mereka yang sudah biasa melakoninya, menjadi preman disana!
bukit teletabis
Jalanan makin menanjak. Tak terasa udah 4 jam kami berjalan membawa ransel2 kami yang entah isinya apa, makin lama makin berat. Diatas sana, jemplang tujuan kami, terdapat pertigaan yang salah satu jalurnya berujung ke Malang. Rencana semula yang ingin menumpang pun batal, dikarenakan waktu perkiraan nyampe jemplang tidak sesuai harapan. Jadi, kami menyewa mobil pickup-nya adiknya bapak yang dipertigaan Jemplang itu. Selalu ada jalan lain saat travelling, so don’t be sad! Tuhan selalu bersama orang2 travelling. *nda kebayang kalo musti jalan kaki lagi menuju Malang* 
Jemplaaaang
pick up yg membawa kami ke malang
Langit yang awalnya biru, berubah menjadi mendung, galau, menangisi kepergian kami meninggalkan Jemplang menuju Malang *walaupun cuman sebentar*. Pergantian masa, senja, dari sore menuju malam.  Langit gelap, entah apakah terlihat bulan bercahaya atau masih malu untuk menampakkan diri, kami tak peduli saat itu. Di mobil bagian depan, tidak ada yang terlihat tidak tidur kecuali pak supir tentunya, kalo bagian baknya entah masih betah menutupi diri mereka dengan terpal biru si bapak supir :)

1 comment:

  1. Bromo Tanjung Pondok Tani
    Memperkenalkan " Kawasan Tengger-Bromo" dari segala aspek, menginap di pondok tani tanjung-tosari, cukup membayar dng sukarela “tanpa tarif” (khusus untuk rombongan)
    * rute: pasuruan-warungdowo-ranggeh-pasrepan-puspo-tanjung (BTPT) KM 99 (Baledono-Tosari)
    @.kamar los + 2 km mandi luar, dapur, teras serba guna, kapst: 8 s/d 16 orang, cukup memasukkan dana "sukarela" ke kotak dana perawatan pondok pertanian.
    @.kamar utama + km mandi dalam + perapian, kapst: 4 s/d 6 orang. Rp.150.000,- /malam
    # untuk informasi hub per sms/tlp: 081249244733 - 085608326673 ( Elie – Sulis ) 081553258296 (Dudick). 0343-571144 (pondok pertanian).
    # Informasi di Facebook dengan nama : Bromo Tanjung Pondok Pertanian

    ReplyDelete