Ada yang bikin saya bingung pas berada di Kota Bangun, Arman sekeluarga menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa sehari-hari. ah aing mah, urang jiga di Bandung weh! (pas banget lagi kangen bandung, karena temen2 disana lagi pada ngumpul) dan ternyata... jeng jeng gak cuman Arman doang, satu kampung, bahkan teman yang dari Melak pun bilang, dia ada campuran Sundanya. Oh ternyata ada juga orang Sunda nyasar di Kutai gini :)
Oke sudah curhatnya!
.....
Jam set 9 hari Sabtu (16/8/2015), kami mulai beranjak menuju Kampung Jambuk. Tempat meeting point bersama karang tarunanya. Sebelum menuju kaki gunung beratus, kami harus melapor dengan polres Kampung Jambuk dan tetua di desa terdekat. Sebenernya yang melapor bapak2 karang taruna sih, kita ngikut aja hehhe. Desa Pering Talik merupakan desa yang paling dekat dengan gunung Beratus --di desa ini pun, ada yang ngomong pake bahasa Sunda, alus deuih--. Setelah itu barulah kami bermandikan debu, melewati jalan menuju Petung. Yes, DEBU. Jalan yang kami lewati kali ini super, jika kemarau berubah menjadi jalan berbatu dan lautan debu, saat hujan, bismillah aja, bisa lewat aja sudah syukur alhamdulillah.
Setelah memarkirkan motor, kami siap untuk hiking masuk ke hutan. Total yang pergi ada 50 orang, termasuk perempuan yang bisa dihitung pake satu tangan dan guide lokal. Untuk mencapai puncak, perlu wall climbing menggunakan 8 tangga, tangga dari rumah lamin dipindah kesini. Hehe ya gak lah, maksudnya tangganya alami, menggunakan kayu dan batang yang ada disana. Tangganya sudah ada sih, karena sebelumnya sudah ada yang pernah mendaki ke Gunung Beratus ini (orang lokal juga). Untuk menuju tempat ngecamp pertama, pos 1 (1 jam setengah dari tempat parkir), kami melewati satu tangga. Alhamdulillah, tangga pertama berhasil membuat saya merinding dan melepas carrier. Tapi, setelah dari itu pemandangan di tangga pertama pun berhasil membuat saya sanggup untuk jalan lagi. Subhanallah :')
Untuk jalur trackingnya masih susah untuk dilihat, berbeda dengan gunung di Jawa yang keliatan jalan setapaknya. Jadi kemungkinan nyasar lebih besar, makanya kalau kesini perlu lah lapor dan ada guidenya. Jika sudah terbiasa dengan membuka jalan baru dan bisa survive, ya okelah gak pake guide.
Pagi 17an, kami mulai berkemas untuk siap pergi, tapi sebelumnya upacara dulu di puncak. Sebenarnya puncak dari Gn. Beratus itu banyak, karena bentuknya yang tidak begitu lapang. Jadi kami berada di salah satu puncak yang dulunya bekas helipad, entah helipadnya siapa, lupa. Yang bikin juga orang-orang dari Desa Pering Talik. Hanya karena sudah puluhan tahun, si helipad sudah tertimbun. Lumayan lah bisa lihat kota Balikpapan dari sana (kalau sore/malam dari cahaya lampunya, kata si ibu yang naik pas sore). Upacara disana berlangsung
Perjalanan pulang lebih cepat daripada naiknya. 5 jam dari pos 2. itu sudah pake tidur-tiduran di tempat yang sebelum turun di tangga pertama. Kami lebih cepat turun karena kami masih melanjutkan perjalanan dengan motor di jalanan berdebu. Dari perjalanan pulang, ada saja yang melihat burung enggang (ini bener gak nama burungnya teman?) dan uwa uwa. Si akang bilang, "beruang juga ada disini mah, ini bekasnya nyari makan", sambil nunjuk batang pohon yang udah roboh dan jabuk2. "itu sarangnya Orang Utan", nunjuk di atas pohon, "... tapi sarang lama itu kayaknya" --.-- Si Akang dulunya sering berburu kancil atau kelinci disini. oooh.
Selesai hiking, selesaikah perjalanannya?
Ketahuilah, yang paling bikin pegel adalah perjalanan pulang ke Balikpapan (kalo pake mobil beda lagi ceritanya). Saya dan Om Ipul mengambil jalan memutar melewati jalanan berbatu, Sotek dan Bukit Bengkirai. Kurang lebih 5 jam perjalanan menggunakan motor. Saya pun berpisah menuju Balikpapan dengan bis di Bukit Soeharto, Samboja (Alhamdulillahnya masih ada yang lewat, padahal udah mau jam 10 malem). Perjalanan itu masih mending dibanding harus melewati Kota Bangun dan Samarinda lagi, dengan memikirkan besok harus masuk kerja, bisa-bisa Subuh baru nyampe rumah.
Last but not least, mungkin ada yang perlu diperhatikan jika mau hiking ke Gn. Beratus ini:
- Pake sepatu! Hutan dikalimantan banyak yang lembab dan basah, sehingga pacet bisa muncul kapan aja tanpa dirasa. Trus tiba-tiba udah kenyang, minum darahmu. yang pakai sepatu aja masih bisa masuk pacetnya. Alhamdulillah saya pakai sendal tapi aman :D (emang kudunya kalo hiking pake sepatu keles nis!)
- Sebelum ndaki atau turun, pakai atau mandi autan. Pacet jika diberi autan, langsung lepas sendiri.
- Total perjalanan ke kampung jempak: bpp-smd 3 jam + smd-tenggarong 1jam + tenggarong kota baru 3 jam + kotabaru-kampung jambuk 1 jam = 8 jam. Yang dari Balikpapan, mungkin bisa dicoba lewat Penajam, nyebrang dulu lalu ke Petung.
- Fokus jalannya dan tangganya ya.
- Bawa parasut, siapatau mau paralayang dari puncak hehe.
- Jangan lupa lapor dulu di Polres dan Desa Pering Talik yes!
Kak bisa minta cp nya? Mau tanya" tentang beratus.
ReplyDeleteAtau kaka bs hub saya,soal nya saya jarang on.
Line: salehvorta12
Bbm : 53BA14DB
Makasih sebelum nya kak :)
bisa add line saya nisarachmadina
DeleteTaman nasional???
ReplyDeleteTaman nasional???
ReplyDeleteKalo perjalanan butuh berapa hari mbak ?
ReplyDelete