Menghirup udara pagi hari di kota ini memang beda dengan
kota-kota yang lain. Sejuk. Menyenangkan. Bikin kangen. Udara berhembus dan
berbisik di telinga kami. Welcome to Yogyakarta.
Begitu keluar dari stasiun lempuyangan, banyak yang menawarkan
tumpangan kepada kami. Mulai dari becak hingga mobil rental. Kami ber12 yang
beranggota ane sendiri, emyl, desi, achiw, awal, widya, gita, farid, ajab,
andris, yuli, kecuali erna yang dijemput temannya, sepakat untuk menggunakan
mobil rental yang sedari tadi sang supir mengajak kami memakai mobilnya. Kalo
dihitung2 kami menggunakan mobil itu cukup murah. Kami pun diantar ke
Malioboro, tempatnya para pelancong di Yogya. Si bapak menawarkan kami untuk
sekalian mencari penginapan yang murah mulai dari hotel sampai dengan home stay.
Setelah kami cukup lama berputar2 sekitar malioboro, kami menemukan tempat
untuk kami melepas lelah, mandi, dan tidur pulas. Home stay. Letaknya berada di
belakang toko2 malioboro, di dalam gang2. Tempatnya lumayan nyaman. Kami
menyewa 2 kamar, satu kamar untuk para cowok dan satu kamar buat para cewek,
tentu dengan kasur yang telah ditambah. Kamar yang cewek juga ukurannya lebih
besar dengan yang cowok, maklum gender wanita lebih banyak daripada gender
pria.
Setelah kami menemukan penginapan, kami meletakkan barang2
kami dan kemudian pergi. Mencari sesuap nasi. Lapar, itu yang kami rasakan
sejak tiba di kota ini. Kami keluar gang dan menemukan makanan yang murah. Nasi
soto. Nasi soto itu terletak di sebelah pintu masuk stasiun tugu yang lewat
samping. Harganya terjangkau lah untuk ukuran pelacong macam kami ini.
setelah kenyang memberi makan asam2 lambung yang ada di perut kami. |
salah satu lukisan yang ada di penginapan kami |
Saya memang tidak sekali ke malioboro ini, sebelum bersama teman2,
saya sudah pernah kesini, jadi tidak heran lagi dengan tukang becak yang
menawarkan kami untuk diantar ke toko dagadu yang terletak di dekat keraton
Yogya sana. Anak2 sepakat meng-iyakan sang tukang becak untuk mengantarkan kami
kesana. Setelah deal dengan harga, kami pun berangkat di kayuh abang tukang
becak. Karena kelebihan satu orang (erna tidak termasuk), aku, awal, aciw
kebagian satu becak bertiga. Yah yang berbadan kecil2 mah disatuin aja.
Kaget. Itu yang saya
rasakan setelah masuk ke dalam toko dagadu yang telah ditunjuk abang becak.
Harganya kok tidak seperti yang saya bayangkan ya. Haha. Yes, I’m surprise with
the price of things in this store. Mau beli rasanya sayang. Baju2 saya di
Bandung juga sudah membludak. Pikir2 lagi, kagak jadi beli ah. Liat2 aja dulu.
Bandung is not my home, so kagak ada yang mau dibeliin oleh2 dari Yogya. Kalo
mau beli juga pasti dipake sendiri.
Kami hanya berkunjung ke 2 toko saja. Anak2 mungkin berpikiran sama
dengan aku, soalnya yang beli hanya widya, awal, aciw dan gita. Haha, yang lain
lagi kere mungkin, meminimalisir pengeluaran. Kami di turunkan di perempatan
bang BNI di malioboro. Tapi satu becak kayaknya udah kesal. Becak yang membawa
andris dan farid, menurunkan mereka di lapangan keraton utara. Udah berat,
mereka kagak beli apa2, jadi kesal kali ya si abang becak. Heheh, peace pak :D
![]() |
andris dan farid disuruh turun sama tukang becak *yang dilingkari* |
Puas di taman pintar, kami berkunjung
ke benteng sebelah taman pintar. Benteng Vredeburg. Ya seperti kebanyakan
museum, ada barang peninggalan jaman peperangan dahulu, patung2 para pahlawan,
serta miniatur2 yang menggambarkan suasana masa2 jaman peperangan di Indonesia.
Mungkin karena museum pada umumnya bernuansa monoton seperti itu, pengunjung yang
datang juga tidak banyak, padahal sebenarnya waktu itu lagi wekeend. Sayang
sekali.
di dalam benteng vredeburg |
makan sate ayam murah meriah |
pengamen di malioboro saat malam hari |
kongkow di malioboro |
hahaa.. perasaanku nama bentengnya VREDE BRUG bukan vende brug --"
ReplyDeletediganti gih,, ntar kamu dituntut kasi namaaa haahaaa
hahhhah, iya nih sayang udah kuganti :p
Delete