Wednesday 14 December 2011

Diuji Kesabaran di Jalan #gethomesafely

Sebagian orang lebih memilih menggunakan motor dibanding mobil. Walaupun kalau hujan pasti bakal kehujanan, tapi menggunakan motor lebih praktis dan lebih cepat sampai tujuan. Apalagi di kota besar, sering macet, motor akan lebih gesit, mencari jalan jalan kecil diantara mobil. Ya karena itulah, kebanyakan prinsip pengguna motor "Gw pake motor, harus bisa lebih cepat dari mobil". Tidak salah memang memakai prinsip ini, tapi pengguna motor sekarang jadi malah memiliki sifat TIDAK SABAR.

Sebagai contoh. Saat lampu merah, seharusnya kendaraan berhenti di belakang garis zebra cross. Aku yang tinggal di kota kecil, masih bisa menemukan hal yang seperti itu di kota kelahiranku. Tapi di kota besar, seperti Jakarta misalnya, sayangnya kebanyakan kendaraan khususnya kendaraan roda dua atau roda tiga, nekat maju ke depan melebihi garis zebra cross. Entah spacenya kurang, pengendara buru buru, pengen duluan, tidak sabar atau gimana aku juga tidak mengerti. Tidak bahaya? Pikirlah sendiri manfaat berhenti di belakang garis zebra cross ini. Pengendara tidak ada yang masih bayi kan.

Gawat! Taman Nasional Batang Gadis akan Dijadikan Tambang Emas

Tambang Emas
Medan - Ini benar-benar aneh bin ajaib. Perusahaan patungan Australia dan BUMN PT Aneka Tambang (Antam), PT. Sorikmas Mining melakukan uji materil ke Mahkamah Agung (MA) terhadap Surat Keputusan (SK) Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) di Sumatera Utara. Hasilnya, MA menggugurkan status taman nasional yang ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan.

Ini baru kali pertama terjadi, sebuah perusahaan memiliki hak menggugat SK Menteri Kehutanan dalam penetapan status taman nasional. Putusan MA bernomor 29 P/HUM/2004 memenangkan permohonan uji materiil yang diajukan oleh PT Sorikmas Mining (SM). Putusan itu memerintahkan kepada Menhut segera mencabut SK-126/MENHUT-II/2004 tanggal 29 April 2004 Tentang Perubahan Fungsi dan Penunjukan Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas Dan Hutan Produksi Tetap menjadi Taman Nasional.

Thursday 8 December 2011

PictFest 2011

Dari pada foto hanya tersimpan dalam hardisk atau hanya dipublikasi di media sosial, mending foto-foto perjalanan itu dijadikan ebook. Yah walaupun saya sendiri juga tidak begitu ngerti tentang bagaimana cara bikin ebook perjalanan yang benar. Saya pingin ikutan, tapi jadwal kerja saya yang tidak bisa dikompromi, menggagalkan niat saya untuk ikutan. Hiks.

So, kalian yang mau belajar bikin ebook, ikutan aja acara ini. Gratis :D

Untuk lebih jelas, klik aja PictFest 2011

Wednesday 7 December 2011

Limbangan: Menyusuri Desa Cikurantung

Hamparan Sawah di Desa Cikurantung
Aku masih merasakan dingin di ujung kakiku. Selimut yang sudah tebal pun seperti tidak terasa. Subuh itu, aku terbangun oleh dingin dan suara-suara di rumah itu. Ibunya Sukri sudah bangun dan membangunkan Sukri yang sama seperti kami, masih tergeletak di kasur panjang di ruang keluarganya. Kami memang sedang di rumahnya Sukri, di Desa Cikurantung, Limbangan. Dia pun bangun dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Aku, Sanie, Pandu pun bergantian mengikutinya.

Semalam kami telah berencana untuk jalan-jalan pagi di sekitar Desa Cikurantung. Melihat sang mentari muncul dari ufuk timur bumi. Merasakan hangatnya sinar sang mentari. Melihat keindahan alam yang sudah disediakan Sang Pencipta di desa ini.

Limbangan: Balapan Ke Desa Cikurantung

Langit perlahan-lahan berubah menjadi gelap. Bus yang kami tumpangi tetap melaju kencang. Kami memang sengaja mencari bus yang terakhir pergi sore hari itu. Selain dapat menikmati indahnya senja di dalam bus, penumpangpun tidak terlalu banyak. Tujuan kami ke daerah Limbangan.

Ya, Limbangan? Saya baru mendengar daerah itu dari kawan kuliah saya. Bagian dari kota Garut, tapi untuk kesana harus menumpangi bus yang ke arah kota Tasikmalaya. Kawan saya itu, Sukri, bertempat tinggal disana, tepatnya di Desa Cikurantung. Diajaklah kami bermain di kampung halamannya itu. Saya, Sanie, Pandu pun akhirnya meng-iyakan ajakannya.

Ilustrasi Bus Bandung - Tasikmalaya

Friday 2 December 2011

ITK, Institut Teknologi Kalimantan

Akhirnya di Balikpapan ada Perguruan Tinggi Negeri juga. Selain Politeknik Balikpapan yang nantinya akan berubah status menjadi PTN, Institut Teknologi Kalimantan (ITK) juga akan didirikan disana. Tentu saja hal ini didukung penuh oleh masyarakat Balikpapan. Pendidikan di kota ini bisa dibilang masih kurang dan terhambat dikarenakan tidak adanya fasilitas seperti PTN. Kebanyakan PT yang ada disana berstatus swasta, sehingga kebanyakan lulusan SMA memilih merantau ke Pulau Jawa untuk melanjutkan pendidikannya. Diharapkan dengan adanya ITK, pendidikan di Balikpapan akan semakin berkembang menjadi lebih baik :)

baca artikel:  Institut Teknologi Kalimantan Disusulkan 8 Jurusan

Sunrise, Sembunyi Di Balik Gedung




Sembunyi di balik gedung BPPT Jakpus




Taken from Kosan Lama, Kampung Bali XXX No. 1 Jakarta Pusat

Trip To Yogyakarta

Hamparan sawah yang luas
Saat itu bukan hari libur panjang, orang orang kebanyakan tidak berminat melakukan perjalanan yang jauh. Tidak seperti saya. Hidup di kampus Politeknik Bandung, dengan lingkungan dosen yang tidak lupa memberi tugas tiap hari, membuat penat sehingga libur Sabtu Minggu bener bener dimanfaatkan untuk melancong dan bertemu orang yang jauh dan jarang ditemui.

Berjarak kurang lebih 436 km dari Bandung, kota yang akan saya tuju. That's rite, It's Yogyakarta City. Karena kebetulan pada hari Jum'atnya tidak ada kuliah, saya berencana pergi ke sana Kamis malamnya. Tapi sayangnya tiket kereta untuk malam itu sudah habis. Kehabisan akal? Tidak, demi bertemu orang jauh, tanpa berpikir panjang, saya langsung memesan tiket kereta buat besok pagi.

Thursday 1 December 2011

Tanah Merah, It Doesn't Mean Red Land



Pantai Tanah Merah. Sebelum berkunjung kesana, pasti ada pemikiran kalau pantai tersebut memiliki tanah yang berwarna merah. Saya pun begitu. Pantai ini tidak begitu jauh dari kota saya, Balikpapan. Bisa ditempuh 1jam-an. Setelah hidup lama di Balikpapan, saya baru menginjakkan kaki di pantai itu saat lebaran kemaren bersama keluarga saya. Tanahnya berwarna merah? Absolutely no.